Kamis, 16 Desember 2010

Wastafelku mampet


Tiga hari yang lalu, pada saat menggosok gigi di pagi hari, saya menemukan bahwa ternyata air di wastafel tidak lancar sebagaimana mestinya. Air kumuran memerlukan waktu lebih lama dari biasanya untuk mengalir sampai wastafel itu kering. Tetapi karena pagi itu sepertinya tidak mengijinkan untuk melakukan tindakan untuk membuat wastafel itu berfungsi sebagaimana mestinya. Proyek penting itu pun terpaksa ditunda pengerjaannya walaupun dalam hati ada sedikit ganjalan. Singkat cerita, pada pagi hari berikutnya, saya mencoba mengorek-ngorek tempat persediaan bahan baku pembersih di dekat dapur untuk mencari obat anti mampet. Karena dalam ingatan, istri pernah membelinya. Korek sana, korek sini, ehh akhirnya ketemu, bahagianya luar biasa padahal hanya menemukan obat anti sumbat saja dan buru-buru menuju kamar mandi untuk melancarkan wastafel mampet itu. Setelah membaca cara pakai obat tersebut. Langsung saya mempraktekkannya. Menuangkan bubuk tersebut ke dalam lubang wastafel sebanyak 4-6 sendok makan. Siram dengan air kurang lebih 100ml. tunggu 15 menit, kemudian diguyur dengan air yang banyak. 15 menit yang biasanya sebentar ternyata lama juga jika ditungguin. Kok sepertinya 15 menit itu tak kunjung datang. Bagaikan menunggu berjam-jam. Pada saat ujian, kok 90 menit pun terasa sebentar saja. Akhirnya penderitaan karena menunggu terhenti juga. Waktu yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Dengan semangat 45 dan penuh kebahagiaan, air deras pun disiram ke dalam wastafel, tetapi apa yang terjadi?? Air kok malah tergenang penuh di wastafel dan tidak bergerak turun sama sekali. Astagaaaaaaa…..

Saya langsung termenung di hadapan wastafel dan segera mengambil obat mampet itu untuk dibaca kembali apakah ada prosedur yang terlewatkan atau ada metode praktek yang salah? Terjadi malpraktek gitu. Ternyata semua prosedur dan metode sudah dijalankan dengan benar tetapi kok hasilnya tidak seperti yang dijanjikan atau diharapkan. Pasti ada yang salah, pikir saya tetapi apa yah yang salah? Karena di pagi hari tidak terlalu punya waktu banyak untuk berfilsafat dan merenung, akhirnya diputuskan dibiarin saja dulu lah.

Kemudian, pada siang hari di sela jam makan siang, saya iseng menelpon istri untuk mengabarkan berita tentang kegagalan ini. “Tau ga kalau wastafel kita sepertinya agak tersumbat”, tanya saya. Iya, sepertinya memang agak tersumbat katanya. wah, sekarang malah tersumbat total karena menggunakan obat anti mampet itu. Lanjut saya dengan agak loyo. Istri kaget dan berkata “lho, kok bisa, udah ikutin prosedurnya dengan benar lom??”. Jawabanku “sudah dong dan nanti sabtu atau minggu baru dibenerin aja deh”. Malam harinya, begitu sampai di rumah, yang pertama kali aku lihat adalah wastafel itu, ternyata airnya sudah kering. Karena masih penasaran dengan obat itu, saya mengambilnya lagi dan membaca dengan lebih seksama sebelum mencobanya lagi untuk wastafel itu. “Ulangi sekali lagi ah, mungkin tadi pagi memang ada yang salah” pikir saya dalam hati. Percobaan dilakukan lagi walaupun bukan oleh pakar khusus wastafel mampet. Kali ini, 15 menit yang menderita itu aku selingin dengan chatting di bbm dengan beberapa teman, eh tau tau sudah 20 menit. Nah, harus berhasil kali ini, tekadku. Ternyata pas diguyur dengan air, kondisinya tidak berubah. Tetap mampet. Yah sudah lah, dari pada stress gara-gara wastafel. Mending baca-baca buku saja sebelum tidur.

Keesokan paginya, kembali lagi, yang pertama kali disamperin juga adalah wastafel. Penasaran sih engga lagi sih, cuman agak kesel aja. Sekembali ke rumah setelah mengantar istri untuk menumpang mobil sahabatnya ke kantor. Coba sekali lagi deh, pikir saya. Kali ini dicoba dengan tidak mengharap dengan sangat bahwa harus berhasil karena sudah 2 kali gagal pada hari sebelumnya. Kali ini tanpa membaca petunjuk dan tidak menakar lagi tetapi langsung menuangkan butiran-butiran pada obat mampet itu ke dalam lubang wastafel. Tetapi menunggu selama 15 menit dengan harap-harap cemas. 15 menit penuh pengharapan berlalu dan mulailah menyiram air tetapi kali ini menyiramnya sedikit-sedikit. Eh, kok airnya langsung hilang. Siram kali, kali ini lebih banyak, turun lagi ke saluran dengan cepat. Lho, siram lagi dengan kapasitas yang lebih banyak, ternyata lancar. Horeeeeee, kali ini berhasil. Bahagianya sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Aneh juga, mengapa kali ini berhasil yah? Terus terang, sampai tulisan ini dibuat, tidak ada logika yang sanggup menerangkan mengapa hal itu dapat terjadi. Setelah cara, metode dan prosedur yang sama digunakan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Mengapa pagi ini, setelah diulangi untuk ketiga kalinya barulah berhasil?? Saya mencoba berpikir positif saja dan mencoba merenungkan apa pesan yang disampaikan oleh usaha mengatasi wastafel mampet ini. Kesimpulannya adalah “JANGAN CEPAT MENYERAH”. Sama juga dalam kehidupan kita, terkadang segala cara, metode dan prosedur yang diajarkan telah kita jalankan tetapi keberhasilan atau kesuksesan yang diharapkan tidak kunjung datang menghampiri. Yang abadi bertahan malah penderitaan dan kegagalan. Memang waktu yang membuat segala sesuatu terjadi. Tidak perlu kuatir berlebihan sahabatku. jika saat ini gagal bukan berarti anda tidak berhasil, anda cuman BELUM berhasil. Coba, coba dan coba lagi, siapa tahu wastafel penderitaan dan kegagalan akan lancar pada kali ketiga anda mencoba. Jangan berhenti sebelum mencoba.

Selamat mencoba sahabatku. This is a Happy Moment.

Heru Suherman Lim

Mantra Bodhisatwa Tara

Bodhisatwa Tara  "om tare tuttare ture soha" Bodhisatwa Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodh...