Kamis, 30 Juni 2011

Pencerahan dari Pura uluwatu


Pada saat tulisan ini dibuat, masih sangat segar di dalam ingatan perjalanan ke bali yang dilakukan selama tiga hari. Pemandangan yang disuguhkan Bali memang sangat mengagumkan, beraneka warna dan bermacam pilihan keindahan yang menunggu untuk dinikmati oleh para pecinta keindahan. Mulai dari Garuda Wisnu Kencana yang luar biasa memukau, pura Uluwatu yang berdiri kokoh di samping tebing dengan hiasan monyet-monyet liar iseng yang suka merampas asesoris yang dikenakan pengunjung dan alunan merdu suara deburan ombak yang bercengkrama dengan karang. Danau Ulun Danu, Bedugul yang indah, tenang, damai dan sejuk juga ikut memanjakan mata dan menentramkan hati yang sedang gundah. Mengantar matahari kembali ke peraduan di tanah lot juga merupakan sebuah peristiwa sulit terlupakan dan tak lupa memanjatkan doa di sumur air tawar di bawah pura ditutup dengan blessing air serta menempelkan beberapa butir beras di kepala oleh ulama yang berpakaian adat. Belum lagi paket-paket kuliner yang disajikan dari kaki lima sampai di pinggir pantai Jimbaran. Banyak dan masih banyak lagi pesona sajian alam Bali yang sangat luar biasa.

Perjalanan singkat kemarin ternyata memberikan banyak pencerahan-pencerahan, saya berdiskusi dengan seorang sahabat baik dan dia memberikan banyak masukan-masukan berarti padaku yaitu tentang bagaimana mengendalikan kemarahan pada saat saya agak kesel dan berkata “nanti, aku maki nih orang” ketika mobil terhalang oleh mobil ketika mau keluar dari parkir di Pura Uluwatu. Padahal kita sedang mengejar waktu untuk rapat di malam itu dan waktu tinggal 1 jam lagi. Setelah diumumkan beberapa kali melalui pengeras suara, pemilik mobil juga tidak kunjung muncul batang hidungnya. Pada saat kita menunggu empunya mobil, sahabatku ini berkata “Mengapa sih harus marah? Khan masih banyak cara untuk menyelesaikan masalah. Bisa khan?”. Tidak lama kemudian, supir mobil itu datang dan sebenarnya masih dongkol tapi aku berusaha berkata tidak dengan nada keras kepada supir mobil itu, “mas, lain kali kalau parkir dibelakang mobil orang lain, jangan rem tangan dong. Kita nunggunya lebih dari setengah jam lho”. Eh malah dia dengan suara keras berkata “ Saya makan di warung sana, mengapa kamu ga manggil saya”. Waduh, memang latihan itu tidak mudah yah. Sebenarnya alasan bagiku untuk marah besar sekali tetapi aku memilih menarik napas dalam saja. Berusaha untuk tetap latihan tidak marah walaupun kita akan terlambat sampai di tempat rapat. Terima kasih sahabatku. Engkau mencerahkanku. Bahagia sekali dapat bersamamu pada saat itu.

Tidak ada komentar:

Mantra Bodhisatwa Tara

Bodhisatwa Tara  "om tare tuttare ture soha" Bodhisatwa Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodh...