Rabu, 21 Oktober 2009

Persepsi : Menyesatkan atau Mencerahkan



Sebelum mulai, coba liat gambar disamping. Menurut anda foto apa yah?? Silakan jawab sendiri (minimal ada 2 jawaban)


Semua jawaban anda adalah benar dan tidak ada yang salah. Tetapi mana yang paling benar??? Yang paling benar adalah yang mana yang anda persepsikan dalam pikiran.


Persepsi selalu menjadi cikal bakal keributan yang muncul. Jika persepsi ditambah dengan keegoisan manusia maka lengkaplah sebab-sebab munculnya masalah. Saya membaca sebuah cerita menarik yang diyakini sebagai sebuah kisah nyata di Tuan Trong, Vietnam dari buku yang di tulis oleh master Thich Nhat Hanh sebagai berikut :


Cerita ini terjadi pada jaman perperangan di Vietnam. Tersebutlah terdapat sepasang pemuda pemudi yang sedang dimabuk asmara yang akhirnya memutuskan untuk menikah. Singkat cerita mereka pun menikah dengan sangat sederhana dan hanya disaksikan oleh bumi dan langit. Belum lama menikmati kebahagiaan rumah tangga, pemuda ini terpanggil untuk ikut berperang sebagai prajurit dalam membela negara. mereka menangis semalaman karena si istri sangat berat melepaskan suami tercintanya untuk ikut perang apalagi saat ini beliau sedang hamil muda. Kita tahu, berangkat perang adalah jauh lebih mudah dibandingkan dengan kembali dari perang. Banyak yang berangkat dengan utuh dan tidak pernah kembali lagi. Kalaupun kembali, organ-organ tubuh banyak yang tidak utuh dan tidak lagi berada di tempat yang seharusnya. Apa boleh buat, walaupun berat, istri tetap harus merelakan suaminya untuk berperang. Suami pergi dengan iringan lautan air mata dan berbekal doa-doa keselamatan istri.


Beberapa tahun kemudian, perang telah usai, semua prajurit diijinkan kembali ke kampung halamannya. Sang istri pun mendapat berita baik itu, bersama dengan teman-teman kampungnya ia berbaris di jalan masuk menuju kampung dengan membawa seorang anak kecil. Menunggu dengan hati yang tidak karuan dan tidak sabar, akhirnya para prajurit tiba juga ke kampung halamannya. Sambil melihat-lihat dalam keramaian, akhirnya dia dapat melihat suami berada dalam barisan prajurit tersebut dan masih dalam kondisi utuh. Walaupun lusuh tetapi masih seganteng sewaktu mereka menikah. Suami pun melihat istrinya, mereka pun melepas kerinduan yang begitu mendalam dengan berpelukan. Suami juga melihat anak kecil yang dibawa oleh istrinya dan yakin bahwa anak itu adalah buah cinta mereka.


Mereka pun segera kembali ke rumah, setelah sampai di rumah, suami meminta kepada istrinya untuk mempersiapkan alat-alat dan sajian-sajian untuk sembahyang. Ia ingin berterimakasih kepada para Buddha dan Bodhisatwa karena telah dilindungi selama berperang sehingga dapat kembali ke rumah. Kemudian istri berangkat ke pasar untuk membeli buah-buahan, kue dan makanan. Anak kecilnya ditinggal bersama dengan suaminya. Pada saat, istrinya berangkat ke pasar. Sang Suami begitu kangen kepada anaknya, sehingga ingin segera memeluknya dan merayunya untuk memanggilnya ayah. Tetapi anak kecil itu tidak mau memanggilnya dengan sebutan ayah malah mengatakan dia bukan ayahnya. Sangat wajar, anak kecil tidak bisa menerima orang asing yang belum pernah dilihatnya. Suami tidak menyerah dan terus merayu anak kecil itu untuk memanggilnya ayah, tetapi anak kecil itu tetap mengatakan kalau ia bukanlah ayahnya. Akhirnya dengan kesal, sang suami bertanya kepada anak kecil itu, kalau saya bukan ayahmu, siapa ayahmu??. Diluar dugaannya, anak kecil itu menjawab ”Ayah saya hanya datang malam hari, ia menemani ibu sampai malam, ayah dan ibu bercakap-cakap sampai malam. Jika ibu duduk, maka ayah juga duduk. Jika ibu tidur, ayah juga tidur”. Mendengar jawaban itu, suami marah sekali karena merasa istrinya tidak setia lagi dan selingkuh dengan pria lain.


Ketika istrinya pulang dari pasar, suaminya diam saja dan tidak menghiraukan istrinya. Ia mempersiapkan sendiri meja sembahyangnya dan melarang istrinya untuk ikut sembahyang bersamanya. Istrinya bingung dan bertanya kepada sang suami, apa yang terjadi, mengapa kau melarang saya untuk ikut sembahyang bersamanya. Tetapi suaminya diam saja. Makan dalam diam, tidur dalam diam. Istrinya menjadi stress dan dia juga diam saja. Keesokan harinya, suami juga masih marah kepada istrinya dan mendiamkan istrinya. Beberapa hari kemudian, sang istri menjadi depresi dan membunuh dirinya dengan melompat ke sungai.


Sang suami masih merasa biasa-biasa saja karena merasa tidak menjadi masalah besar toh dia sudah selingkuh dengan pria lain. Dia masih tetap tinggal bersama anaknya. Suatu ketika, ia membereskan barang-barang yang tergeletak di lantai kamar, ia menemukan sebuah lampu teplok, begitu melihat lampu itu, anaknya langsung berkata “ayah sudah datang”. Lelaki itu menjadi bingung dan melihat kesana kemari dan tidak melihat siapa-siapa. Kemudian ia bertanya kepada anaknya “dimana ayah?” si anak menunjuk ke lampu teplok itu. Sang ayah sangat bingung dan kemudian ia pergi ke tetangga untuk bertanya banyak hal tentang istrinya, tetangganya bercerita bahwa anaknya itu selalu bertanya tentang ayahnya. Sampai suatu saat, sang ibu tidak tahan lagi didesak maka ia mengatakan bahwa ayahnya akan datang malam itu. Dan anak pun menunggu dengan sabarnya sampai malam hari. Malam pun datang menjemput. Sesuai janjinya kepada anaknya maka ia pun menghadirkan ayah sang anak dengan menyalakan api pada lampu teplok itu. Dan hadirlah sang ayah yang ditunggu-tunggu. Ibunya bercakap-cakap dengan ayahnya dalam lagu penuh duka derita dengan lirik penantian yang tidak kunjung habis. Sewaktu dia duduk, sang suami pun duduk, pada saat ia tidur, sang suami pun tidur. Lemas seketika seluruh badannya dan bagaikan disambar petir di siang bolong. Ia baru sadar seketika bahwa yang dimaksud ayah oleh anaknya adalah bayangan dari ibunya yang ditimbulkan oleh lampu teplok ini.


Mari kita ambil hikmah dan pesan yang ingin disampaikan dari cerita diatas, persepi yang dilengkapi dengan ego dan keras kepala sebagai ladang yang sangat subur untuk tumbuhnya penderitaan. Tidak semua orang mendapat kesempatan untuk memutar balik film kehidupan yang telah dilaluinya. Berhati-hatilah dengan persepsi anda.


Bahagia dan Sukses Selalu,

herusuhermanlim@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Mantra Bodhisatwa Tara

Bodhisatwa Tara  "om tare tuttare ture soha" Bodhisatwa Tara, yang pada mulanya berasal dari air mata yang diteteskan oleh Bodh...